Benang Bercerita Budaya Bernyawa, Pringgasela di Panggung Nasional

Wednesday, 30 July 2025 - 15:15

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Lombok Timur — Di kaki megah Gunung Rinjani, sebuah desa bernama Pringgasela menyulam kisahnya sendiri. Tak sekadar memintal benang menjadi kain, masyarakatnya juga memintal ingatan, warisan, dan harapan melalui Festival Alunan Budaya yang telah digelar untuk ke-9 kalinya.

Festival yang berlangsung selama sepekan, dari 19 hingga 27 Juli 2025, bukan hanya ajang hiburan. Ini sebagai ruang cinta, kreativitas, dan pelestarian budaya lokal yang membanggakan.

Dari Kegelisahan Jadi Gerakan Budaya

Nizar Ashari, penggagas festival menceritakan jika Alunan Budaya lahir dari kegelisahan anak muda, yang melihat budaya mereka mulai memudar.

“Kami ingin tenun Pringgasela tidak hanya menjadi cerita masa lalu. Kami ingin ia tetap hidup, tetap ditenun, dan terus menginspirasi. Ini bentuk cinta kami terhadap warisan leluhur,” ungkap Nizar.

Ia juga menjelaskan makna filosofis dari motif tenun yang tampak sederhana. “Motif garis lurus yang berulang itu adalah simbol istiqamah—jalan hidup yang terus bergerak dalam kebaikan. Itu bukan sekadar pola, tapi doa,” ujarnya.

Tema “Nyiwaq” Sembilan Wajah Tradisi

Mengangkat tema “Nyiwaq” yang berarti sembilan, festival tahun ini hadir sebagai kolaborasi lintas generasi. Tidak hanya menampilkan tenun, tapi juga parade anak-anak, senam budaya, bazar UMKM, tabligh akbar, dan talkshow lintas tokoh.

Para mahasiswa KKN dari berbagai universitas pun ikut menyemarakkan festival—dari membantu panitia, menjadi MC, hingga mendokumentasikan setiap momen berharga.

“Kami belajar banyak dari warga di sini. Budaya Pringgasela itu bukan hanya hidup, tapi juga menghidupi. Kami bangga bisa ikut melestarikan,” ucap Gilang, Kordes KKN Universitas Mataram di Pringgasela.

Talkshow, Sejarah dan Peran Perempuan

Di hari keempat, sebuah talkshow reflektif bertema “Pelestarian Budaya dan Kearifan Lokal Melalui Festival Budaya Desa” menghadirkan beragam tokoh inspiratif.

Ustadz Hayyi memaparkan asal-usul nama Pringgasela, “Pringga dari kata bambu dan Sela dari Selaparang. Artinya, ini adalah tanah para pejuang,” sebutnya.

Hj. Sir’ah, tokoh perempuan setempat, menegaskan betapa pentingnya peran perempuan dalam budaya menenun.

“Sejak dulu, para ibu tidak hanya menenun untuk rumah tangga, tapi juga membuatkan kain penghangat untuk para pejuang,” tuturnya.

Sementara itu, Dosen Fakultas Hukum Unram, Muh. Alfian Fallahian, menekankan jika tenun bukan hanya budaya, tapi juga potensi ekonomi besar. “Kalau dikelola dengan baik, tenun bisa menjadi tulang punggung ekonomi kreatif kita,” katanya.

Puncak “Sembilan Kali Lahir (NYA)”

Puncak kemeriahan festival ditutup dengan pertunjukan teatrikal spektakuler, bertajuk “Sembilan Kali Lahir (NYA)” atau 9 Stages Weaving Attraction. Pementasan ini membawa penonton melalui sembilan babak perjalanan budaya Sasak—penuh simbolisme tentang spiritualitas, regenerasi, dan daya hidup masyarakat.

Digelar Ahad (27/7/2025) malam, acara ini dihadiri tokoh-tokoh penting termasuk perwakilan Kemenparekraf, Bupati Lombok Timur, dan Staf Ahli Gubernur NTB.

“Masyarakat Pringgasela luar biasa. Di tengah segala keterbatasan, mereka bisa menyuguhkan pertunjukan berkualitas tinggi. Ini bukan sekadar festival, ini perayaan kekuatan kolektif,” ujar perwakilan Kemenparekraf.

Pringgasela Bukan Sekadar Desa, Tapi Cerita

Festival Alunan Budaya bukan hanya tentang merayakan masa lalu, tapi juga membangun harapan untuk masa depan. Dari benang menjadi kain, dari kain menjadi cerita, dari cerita menjadi inspirasi. Pringgasela, dengan segala keunikannya, menunjukkan jika budaya bukan untuk dilestarikan dalam bingkai—tapi untuk dihidupkan, bersama.

Oleh Rahmat Hidayat

Berita Terkait

Kapolri Dorong Kolaborasi Polri dan Aplikator Ojol, Ciptakan Sistem Pengaduan Terintegrasi untuk Tingkatkan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat
Pawai budaya PEMDES Tambakboyo kec Mantingan Ngawi 2025
Ribuan Warga Meriahkan Fun Run Kodim 0613/Ciamis di Puncak HUT RI ke-80
Dorong Stabilisasi Harga Beras, Sekjen Kemendagri Minta Pemda Dukung Perum Bulog Realisasikan Program SPHP
Djamaah Sholawat Nabi ( Djalabi ) Manyar Sabrangan Gelar Khitanan Umum Ke 59 Tahun
Bersih dan Profesional, Brimob NTB Gelar Tes Urine Dadakan terhadap Ratusan Personel: Semua Negatif Narkoba
Polda NTB dan BULOG Turun Tangan Atasi Pemalsuan Beras SPHP
Sat Samapta Polres Purwakarta Kenalkan Anjing Pelacak Ke Pelajar SMK

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Berita Terkait

Friday, 24 October 2025 - 15:39

Lapas Gunung Sitoli Kembali Kondusif, Ditjenpas Lakukan Investigasi dan Langkah Tegas

Thursday, 23 October 2025 - 10:25

Lanal TBA Gelar Coffee Morning dengan Sinergitas Insan Pers, Perkuat Kerja Sama.

Wednesday, 22 October 2025 - 17:19

Rutan Pangkalan Brandan Jalin Silaturahmi dengan PT Pertamina EP Pangkalan Susu

Wednesday, 22 October 2025 - 15:21

Rutan Pangkalan Brandan Hadiri MOU Ketahanan Pangan Antara Ditjenpas Sumut dan Mitra Strategi

Wednesday, 22 October 2025 - 08:44

Polres Batu Bara Resmikan Gedung Baru dan Luncurkan SPPG di Labuhan Ruku, Tingkatkan Pelayanan Publik dan Perlindungan Perempuan-Anak

Wednesday, 22 October 2025 - 08:43

Sat Samapta Polres Batu Bara Aktif Gelar Cooling System, Imbau Masyarakat Waspada Kejahatan dan Laporkan Pungli

Wednesday, 22 October 2025 - 08:41

Polres Batu Bara Gelar “Safety Food” dalam Rangka Peluncuran SPPG Yayasan Kemala Bhayangkari

Wednesday, 22 October 2025 - 08:40

Sat Lantas Polres Batu Bara Intensifkan Pengaturan Lalu Lintas Guna Ciptakan Kamseltibcarlantas Kondusif

Berita Terbaru